Langsung ke konten utama

Jutaan Kasih Tak Terbalas (Sebuah puisi)




JUTAAN KASIH TAK TERBALAS
Juwita Nur Jasiyah

Ketika malam terdampar di ufuk pagi
Tengah ku gambarkan jutaan kasih yang pernah kau beri
Seorang pahlawan pelindung diriku yang lemah ini
Seorang pemimpin terbaik di seluruh negeri
Seorang teladan yang tak pernah letih memberi

Ketika ku terpuruk, siapa yang berada di barisan paling depan untuk memelukkku?
Ketika ku terjatuh, siapa orang pertama yang mendorongku untuk bangkit?
Ketika ku terluka, siapa orang yang tak gentar berteriak lantang untuk membela
dan mengobati luka itu?
Kurasa hanya kau

Pengorbananmu.. Perjuanganmu..
Tak pernah gentar
walau kau harus membanting tulang
hingga tak ada tulang yang bisa dibanting
walau kau harus berteringat
hingga tak ada lagi keringat yang sanggup menetes

Ayah..
Cinta kasihmu selalu kurindukan
Bersamamu aku bahagia
Bersamamu aku tenang
Bersamamu aku tegar

Komentar

  1. Bener benerr betapa hebatnya sesosok pahlawan tanpa tanda jasa, jangankan tanda jasa bahkan meminta ucapan terimakasihpun tidak. Sungguh luarbiasaa perjuangannya seorang bapaa~

    Btww kereen puisinya ngenaa, semangaat lanjut terus karya tulisannya kak👍

    BalasHapus
  2. Dan sosok itu yg selalu ku rindukan😭

    Eli

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

A.Md (Aku Mau Do'a)

A.Md (Aku Mau Do’a) Yaap sama seperti judulnya. Aku hanya mau do’a. Do’a dari orang-orang terkasih, dan aku pun berdo’a yang terbaik untuk orang-orang di sekitarku agar mereka selalu mendapat perlindungan Allah dimanapun mereka berada. Apakah kamu salah satunya? Aku rasa Iya.. dimanapun kamu berada sekarang, disamping siapapun kamu hari ini, aku selalu berdo’a agar kamu dan orang disekitarmu selalu dimudahkan segala urusannya termasuk puasanya. Do’a… ya do’a orang tua merupakan resep ampuh kelancaran dari segala yang terjadi di kehidupan kita kemarin, hari ini, maupun esok. Tanpa do’a restunya hidupmu akan terasa hampa. Kesuksesan yang kamu raih rasanya tak ada gunanya. Kali ini aku mau bercerita tentang betapa berartinya do’a orang tua terhadap kelancaran masa kuliahku kemarin. Tanpa do’anya mustahil aku bisa lulus. Tanpa do’anya mustahil aku bisa mengenakan toga itu. Berfoto dengan seorang kawan hebat yang tak akan pernah aku lupa. Pada hari toga ini dik

MEMORI TAK BERKISAH

MEMORI TAK BERKISAH Oleh: Juwita Nur Jasiyah   Tak usah diingat, cukuplah jadi Memori tak berkisah. . . Kalau ujungnya hanya luka, mengapa harus bicara? Jika akhirnya pergi, mengapa pernah kau biarkan aku menanti? Memori tak berkisah hanya jadi kenangan tak bertepi Berujung pahit. Terasa sedih Rasa sesak yang tak bisa terluapkan hanya berakhir dengan linangan air mata Untuk pertama kalinya, aku gunakan rasa Tapi apadaya, takdir tak berkata hal yang sama Aku ikhlas.. Tugasku sekarang, melupakan sekuat-kuatnya tentang kamu yang berlari menjauh sekencang-kencangnya. Tuhan.. Terimakasih telah memberi pelangi Saat hujan melanda, pelangi hadir setelahnya Tapi.. namanya juga pelangi Tak ada yang abadi Sekejap hadir lalu kemudian pergi Tak mengapa.. Setidaknya aku pernah kagum dan bersyukur ternyata Allah ciptakan pelangi tuk menghapus hujan walau kini telah pergi, tapi pelangi pernah memberi warna di hati

TURUNNYA SI BADAN BESI

  TURUNNYA SI BADAN BESI Masya Allah Tabarakallah, (baca sambil bayangkan) Deru mesin bagiku kini terdengar seperti alunan musik yang warnai pemandanagan. Putih, Abu, dan Biru di sebelah kiri. Kulihat gulungan kapas. Kadang berbentuk kadang tidak, tergantung imajinasiku. Makin lama langit mulai menggelap. Pengumuman landing sudah mulai digaungkan. Informasi bahwa sebentar lagi akan mendarat terdengar jelas. Lampu mulai dipadamkan. . Semburat langit jingga di sebelah kanan perlahan menghilang. Semua orang berada di bangku masing-masing. Ada yang masih berbincang dengan asyik, ada yang makan tapi berisik, adapula yang tidur dengan cantik. . Sayap mengembang, terlihat semakin gagah. Lampu-lampu gemerlap mulai nampak. Si badan besi mulai memiringkan badannya. Makin lama lampu-lampu itu makin mendekat. Oh, ternyata bukan lampu yang mendekat, melainkan kita. MasyaAllah. Pemandangan ini sungguh menakjubkan. Perlahan mulai turun. Terkadang membuat jantung seperti tak seirama dengan