Langsung ke konten utama

Hidayah Tak Berkesudah


Gambar hanya ilustrasi

HIDAYAH TAK BERKESUDAH (Adaptasi dari sebuah kisah nyata)

Pagi yang indah ditemani cicitan burung mengawali hari ku seperti biasanya. Aah nikmatnya tidur tadi malam. Langkah kaki tak beraturan ditambah teriakan kecil dari lantai atas menambah suasana riuh hiruk pikuk pagi hari. Ayah harus pergi ke kantor, adik dan aku harus segera berangkat sekolah. Selesai mandi dan sarapan, ku sambar tas kecilku dan mulai melangkah dengan hati bahagia sama seperti hari-hari kemarin. Puji Tuhan aku masih bisa beraktivitas hari ini. Kunyalakan sepeda motorku dan mulai melaju bersama si biru. Jalanan hari ini entah kenapa terlihat lebih lengang dari biasanya. Tinggal belokan terakhir rupanya, kupacu sepeda motorku lebih kencang karena hari ini jadwal piketku sehingga aku harus hadir lebih awal dari biasanya. Namun, tanpa kusadari muncul kendaraan lain yang ternyata melaju dengan kecepatan yang sama, aku tak ingat kejadian apa yang terjadi setelah itu namun yang aku tau tiba-tiba aku ada berada di sebuah ruangan berwarna putih. Benar-benar putih, tak ada apapun dan tak ada siapapun. Ada suara-suara yang seakan mengajakku untuk kembali, tapi aku tak mengerti apa yang mereka maksud dengan kembali. Aku pun tak tau caranya kembali seperti apa. Mereka tak memberitahuku secara spesifik caraku untuk kembali bagaimana.

Pada saat itu, mulai tergambar kejadian-kejadian yang pernah kulalui. Pada dasarnya aku adalah orang yang taat. Aku rajin beribadah, aku juga penurut. Apa yang orang tuaku katakan aku selalu patuhi. Aku juga tidak pernah berbuat macam-macam. Aku sama seperti teman-temanku, selalu ceria dan tak pernah sengaja menimbulkan permusuhan. Namun entah mengapa ada sesuatu yang membuatku terusik, aku merasa tidak mendapatkan ketenangan dan kedamaian. Aku tidak mengerti kenapa dan bagaimana menyelesaikan rasa itu. Yang kulakukan saat itu hanyalah menunggu. Aku tak ingat apa-apa lagi, hingga suatu hari aku tersadar, banyak orang menantiku selama ini. Aku kembali melihat cahaya dan warna. Aku tak mengerti perasaanku saat itu, orang-orang terlihat bahagia. Harusnya aku merasakan hal yang sama, tapi entah kenapa hal itu tidak terjadi. Bukan berarti aku tidak mensyukuri nikmat, bukan. Aku bahagia aku kembali dan aku menyadari apa yang suara-suara itu maksud. Aku baru tersadar setelah mamahku bercerita bahwa aku ternyata koma berhari-hari. Akupun tidak menyangka hal ini terjadi padaku. Pikiranku masih saja mencoba mencari tahu mengapa aku merasa tidak tenang. Aku tak pernah mengatakan perasaanku pada siapapun. Aku hanya merasakan dan memikirkannya sendiri. Hingga kegalauan itu menghantarkanku untuk mencoba mencari jalan keluar. Mamah,, ah iya mamah adalah orang yang paling aku percaya. Mamah adalah solusi dari segala permasalahan. Mamah adalah cahaya ditengah kegelapan.

Sedikit ku bercerita, kami bukan keluarga muslim. Akupun begitu. Kecuali mamah. Ia memutuskan untuk menjadi muallaf satu tahun yang lalu. Tak ada niatan bagiku untuk mengikuti jejak mamah. Mamah pun tidak memaksakan anggota keluarga kecil kita untuk mengikuti jejaknya. Akupun tidak terlalu tertarik dengan kisahnya mengapa bisa menjadi mualaf. Kita tetap saling mendukung. Yang penting kita taat dan percaya pada Tuhan kita masing-masing.

Kejadian tempo lalu membuat hatiku tergelitik untuk menanyakan proses mamah menjadi mualaf. Dan kamu tau apa yang terjadi setelah mamah bercerita? Aku menangis dan entah kenapa spontan yakin untuk mengikuti jejak mamah menjadi mualaf. Aku sebenarnya tidak yakin apakah ini solusi dari ketidaktenangan hatiku ini. Tapi entahlah aku merasa semacam ada kekuatan yang menggerakkan hatiku untuk yakin dalam mengucapkan lafaz “laa ilaa ha ilallah”. Seketika setelah lafaz itu aku ucapkan didepan ustadz, kumerasa tenang tentram dan bahagia tak berkesudah. Kumulai belajar agama baru yang ternyata masyaAllah begitu indah terasa. Hingga suatu hari aku bertemu dengan makhluk Allah yang melengkapi hidupku dan semakin menuntunku untuk semakin taat pada Mu. Rasanya ucapan hamdalah saja tidak cukup menggambarkan rasa syukur dan bahagiaku saat makhluk itu mengucapkan “Anna uhibbuka fillah”, dan kujawab pada saat itu “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” atau semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya.





Komentar

  1. Awal jadi seorang penulis adalah mencintai menulis , sesuatu yg disenangi menimbulkan ketulusan tanpa pamrih terus bermanfaat lewat karya yg bernilai penuh makna dan pengajaran @Eno

    BalasHapus
  2. aamiin aamiin, hatur nuhun kang :) nyuhunkeun masukanna. hehe...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

A.Md (Aku Mau Do'a)

A.Md (Aku Mau Do’a) Yaap sama seperti judulnya. Aku hanya mau do’a. Do’a dari orang-orang terkasih, dan aku pun berdo’a yang terbaik untuk orang-orang di sekitarku agar mereka selalu mendapat perlindungan Allah dimanapun mereka berada. Apakah kamu salah satunya? Aku rasa Iya.. dimanapun kamu berada sekarang, disamping siapapun kamu hari ini, aku selalu berdo’a agar kamu dan orang disekitarmu selalu dimudahkan segala urusannya termasuk puasanya. Do’a… ya do’a orang tua merupakan resep ampuh kelancaran dari segala yang terjadi di kehidupan kita kemarin, hari ini, maupun esok. Tanpa do’a restunya hidupmu akan terasa hampa. Kesuksesan yang kamu raih rasanya tak ada gunanya. Kali ini aku mau bercerita tentang betapa berartinya do’a orang tua terhadap kelancaran masa kuliahku kemarin. Tanpa do’anya mustahil aku bisa lulus. Tanpa do’anya mustahil aku bisa mengenakan toga itu. Berfoto dengan seorang kawan hebat yang tak akan pernah aku lupa. Pada hari toga ini dik

MEMORI TAK BERKISAH

MEMORI TAK BERKISAH Oleh: Juwita Nur Jasiyah   Tak usah diingat, cukuplah jadi Memori tak berkisah. . . Kalau ujungnya hanya luka, mengapa harus bicara? Jika akhirnya pergi, mengapa pernah kau biarkan aku menanti? Memori tak berkisah hanya jadi kenangan tak bertepi Berujung pahit. Terasa sedih Rasa sesak yang tak bisa terluapkan hanya berakhir dengan linangan air mata Untuk pertama kalinya, aku gunakan rasa Tapi apadaya, takdir tak berkata hal yang sama Aku ikhlas.. Tugasku sekarang, melupakan sekuat-kuatnya tentang kamu yang berlari menjauh sekencang-kencangnya. Tuhan.. Terimakasih telah memberi pelangi Saat hujan melanda, pelangi hadir setelahnya Tapi.. namanya juga pelangi Tak ada yang abadi Sekejap hadir lalu kemudian pergi Tak mengapa.. Setidaknya aku pernah kagum dan bersyukur ternyata Allah ciptakan pelangi tuk menghapus hujan walau kini telah pergi, tapi pelangi pernah memberi warna di hati

TURUNNYA SI BADAN BESI

  TURUNNYA SI BADAN BESI Masya Allah Tabarakallah, (baca sambil bayangkan) Deru mesin bagiku kini terdengar seperti alunan musik yang warnai pemandanagan. Putih, Abu, dan Biru di sebelah kiri. Kulihat gulungan kapas. Kadang berbentuk kadang tidak, tergantung imajinasiku. Makin lama langit mulai menggelap. Pengumuman landing sudah mulai digaungkan. Informasi bahwa sebentar lagi akan mendarat terdengar jelas. Lampu mulai dipadamkan. . Semburat langit jingga di sebelah kanan perlahan menghilang. Semua orang berada di bangku masing-masing. Ada yang masih berbincang dengan asyik, ada yang makan tapi berisik, adapula yang tidur dengan cantik. . Sayap mengembang, terlihat semakin gagah. Lampu-lampu gemerlap mulai nampak. Si badan besi mulai memiringkan badannya. Makin lama lampu-lampu itu makin mendekat. Oh, ternyata bukan lampu yang mendekat, melainkan kita. MasyaAllah. Pemandangan ini sungguh menakjubkan. Perlahan mulai turun. Terkadang membuat jantung seperti tak seirama dengan