Langsung ke konten utama

Stop Comparing, Let's Collaborating (Sebuah Opini)


STOP COMPARING, Let’s COLLABORATING (Sebuah Opini)

      Seringkali kita lupa atas nikmat yang Allah beri. Jangankan bersyukur dan berterima kasih, yang ada kita terus saja bandingkan diri ini dengan diri orang lain. Lihat orang lain punya barang baru, mau. Lihat orang lain punya pacar, ingin (bukan berarti ditikung juga ya, hehe). Lihat orang lain dapet kerja sedangkan kita belum, minder. Lihat orang lain makan enak, ngiler. Lihat orang lain cantik dan punya badan proporsional, iri. Lihat orang lain sukses lebih awal, julid. Pernah ngerasain hal itu? Kalau iya, berarti kita sama.
       Tidak dipungkiri lagi dengan mudahnya orang berbagi cerita-cerita bahagia lewat media sosial, perasaan-perasaan seperti tadi lebih sering muncul. Makin lama makin merasa terusik, akhirnya malah jadi tidak menyukai orang tanpa alasan. Lama-lama jadi haters, padahal doi ga ngelakuin kesalahan apa-apa. Naaah, kita harus waspada nih dengan keadaan ini. Jangan-jangan kita udah mulai kufur nikmat.
      Setiap orang punya rezeki masing-masing. Setiap orang punya waktu untuk sukses dan mengalami kemajuan masing-masing. Waaah apa jadinya kalau semua orang sukses di usia yang sama. Orang akan bisa memprediksi apa yang akan terjadi di hidupnya. Tidak akan ada orang yang dibilang terkaya karena semua akan menjadi kaya. Saya pernah bertemu orang yang lulus 2 tahun lebih lama, namun ternyata mendapatkan kebebasan finansial lebih cepat dari yang lulus tepat waktu. Saya juga pernah bertemu orang yang menikah di usia 20an dan mendapat anak di usia 30an atau menikah usia 30an dan langsung mendapatkan anak. Saya juga pernah bertemu dengan orang yang kerja bertahun-tahun namun baru bisa membeli rumah di usia 30an, dan saya juga pernah bertemu dengan orang yang baru bekerja beberapa tahun namun sudah bisa membeli rumah. Saya pernah bertemu orang yang memiliki usaha dan langsung sukses dalam waktu beberapa tahun, namun saya juga pernah bertemu dengan orang yang memiliki usaha namun menghabiskan waktu puluhan tahun untuk bisa sukses. Allah adalah sebaik-baik pembuat skenario, apakah skenario itu akan terasa menyenangkan atau tidak itu tergantung si aktor.
       Saya pun masih harus terus belajar. Sekarang saya belajar ternyata membandingkan tidak akan pernah ada ujungnya. Akan selalu ada yang jauh lebih baik, jauh lebih baik, jauuh lebih baik. Daripada membandingkan, bagaimana kalau kita berkolaborasi? berkolaborasi sehingga orang yang asalnya kita bandingkan menjadi teman yang dapat membimbing kita untuk menjadi orang yang jauh lebih baik. Kita bisa belajar darinya dan berkolaborasi. Tak perlu jadikan diri kita sama persis dengan orang lain, karena:

Everyone has inside them a piece of good news. The good news is you don’t know how great you can be! How much you can love! What you can accomplish! And what your potential is
Anne Frank

So, STOP COMPARING, Let’s COLLABORATING

Sebuah kemajuan orang lain bukan berarti kegagalan bagi kamu. Yuu bersyukur, karena ternyata bahagia sesederhana itu. Sekarang coba senyum dan renungkan apa yang Allah sudah kasih selama ini ke kamu.

Komentar

  1. Balasan
    1. MasyaAllah teh Mei :) mari saling mengingatkan :)

      Hapus
  2. Pas banget, ini sebuah pengingat yang bagus buat aku pribadi saat ini. Makasih juwati❤😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hamdalah kalau bermanfaat des :)) mari saling mengingatkan :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

A.Md (Aku Mau Do'a)

A.Md (Aku Mau Do’a) Yaap sama seperti judulnya. Aku hanya mau do’a. Do’a dari orang-orang terkasih, dan aku pun berdo’a yang terbaik untuk orang-orang di sekitarku agar mereka selalu mendapat perlindungan Allah dimanapun mereka berada. Apakah kamu salah satunya? Aku rasa Iya.. dimanapun kamu berada sekarang, disamping siapapun kamu hari ini, aku selalu berdo’a agar kamu dan orang disekitarmu selalu dimudahkan segala urusannya termasuk puasanya. Do’a… ya do’a orang tua merupakan resep ampuh kelancaran dari segala yang terjadi di kehidupan kita kemarin, hari ini, maupun esok. Tanpa do’a restunya hidupmu akan terasa hampa. Kesuksesan yang kamu raih rasanya tak ada gunanya. Kali ini aku mau bercerita tentang betapa berartinya do’a orang tua terhadap kelancaran masa kuliahku kemarin. Tanpa do’anya mustahil aku bisa lulus. Tanpa do’anya mustahil aku bisa mengenakan toga itu. Berfoto dengan seorang kawan hebat yang tak akan pernah aku lupa. Pada hari toga ini dik

MEMORI TAK BERKISAH

MEMORI TAK BERKISAH Oleh: Juwita Nur Jasiyah   Tak usah diingat, cukuplah jadi Memori tak berkisah. . . Kalau ujungnya hanya luka, mengapa harus bicara? Jika akhirnya pergi, mengapa pernah kau biarkan aku menanti? Memori tak berkisah hanya jadi kenangan tak bertepi Berujung pahit. Terasa sedih Rasa sesak yang tak bisa terluapkan hanya berakhir dengan linangan air mata Untuk pertama kalinya, aku gunakan rasa Tapi apadaya, takdir tak berkata hal yang sama Aku ikhlas.. Tugasku sekarang, melupakan sekuat-kuatnya tentang kamu yang berlari menjauh sekencang-kencangnya. Tuhan.. Terimakasih telah memberi pelangi Saat hujan melanda, pelangi hadir setelahnya Tapi.. namanya juga pelangi Tak ada yang abadi Sekejap hadir lalu kemudian pergi Tak mengapa.. Setidaknya aku pernah kagum dan bersyukur ternyata Allah ciptakan pelangi tuk menghapus hujan walau kini telah pergi, tapi pelangi pernah memberi warna di hati

TURUNNYA SI BADAN BESI

  TURUNNYA SI BADAN BESI Masya Allah Tabarakallah, (baca sambil bayangkan) Deru mesin bagiku kini terdengar seperti alunan musik yang warnai pemandanagan. Putih, Abu, dan Biru di sebelah kiri. Kulihat gulungan kapas. Kadang berbentuk kadang tidak, tergantung imajinasiku. Makin lama langit mulai menggelap. Pengumuman landing sudah mulai digaungkan. Informasi bahwa sebentar lagi akan mendarat terdengar jelas. Lampu mulai dipadamkan. . Semburat langit jingga di sebelah kanan perlahan menghilang. Semua orang berada di bangku masing-masing. Ada yang masih berbincang dengan asyik, ada yang makan tapi berisik, adapula yang tidur dengan cantik. . Sayap mengembang, terlihat semakin gagah. Lampu-lampu gemerlap mulai nampak. Si badan besi mulai memiringkan badannya. Makin lama lampu-lampu itu makin mendekat. Oh, ternyata bukan lampu yang mendekat, melainkan kita. MasyaAllah. Pemandangan ini sungguh menakjubkan. Perlahan mulai turun. Terkadang membuat jantung seperti tak seirama dengan